DPR Dorong Solusi Atasi Krisis Gas di Kepulauan Riau, Termasuk Opsi Impor  

waktu baca 2 menit
Jumat, 24 Jan 2025 22:50 0 34 Agus

Jakarta | Eranews.id – Dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) antara Komisi XII DPR RI dan Gubernur Kepulauan Riau, Ansar Ahmad, Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, Sugeng Suparwoto, menegaskan bahwa pihaknya akan berkomunikasi dengan pemerintah untuk mengatasi kekurangan pasokan gas di Kepulauan Riau (Kepri).

Penurunan produksi akibat faktor alam (natural decline) menjadi penyebab utama krisis energi di wilayah tersebut.

DPR Dorong Kebijakan DMO dan DPO untuk Pasokan Gas Kepri

Sugeng menekankan pentingnya penerapan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO) guna memastikan pasokan gas dalam negeri tetap terjaga.

“Nanti akan kita sampaikan kepada pemerintah, harus ada namanya DMO sekaligus DPO, khususnya untuk gas jatah pemerintah. Ini salah satu solusi yang bisa dilakukan,” ujar Sugeng dalam RDPU yang berlangsung di Gedung Nusantara I, DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (23/1/2025).

Opsi Impor Gas Jika Kebutuhan Belum Terpenuhi

Jika berbagai upaya masih belum mampu memenuhi kebutuhan gas di Kepri, Sugeng mengusulkan kemungkinan membuka opsi impor gas.

“Jika tidak ada pilihan lain, impor bisa menjadi opsi. Sebelum perang Ukraina, harga gas dari Amerika cukup murah karena produksi shale gas mereka sangat besar. Ini bisa menjadi salah satu jalan yang perlu didiskusikan,” jelasnya.

Sugeng juga menyampaikan bahwa pihaknya akan segera berkomunikasi dengan PGN, SKK Migas, Dirjen Migas, dan pemerintah untuk membahas kuota gas khusus bagi Batam dan wilayah sekitarnya.

“Kita akan hitung proyeksinya bersama, karena potensi besar sebenarnya masih ada,” ujarnya.

Selain itu, ia mengusulkan agar pemerintah meninjau kembali ekspor gas ke Singapura, terutama demi memastikan kebutuhan dalam negeri dapat terpenuhi lebih dulu.

“Kita harus menghitung nilai keekonomiannya agar tetap menguntungkan. Gas tidak hanya sebagai sumber energi, tetapi juga sebagai bahan baku industri petrokimia,” pungkasnya.

LAINNYA