Peserta Pelatihan “Inovasi Digital Melalui Pemberdayaan Karang Taruna: Dari Ide Kreatif Menuju Produk Bernilai Jual dengan Canva” Bengkulu Tengah|Eranews.id — Di tengah derasnya arus digitalisasi, para pemuda Desa Taba Pasmah, Kecamatan Talang Empat, Kabupaten Bengkulu Tengah, membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari desa. Selama tiga hari berturut-turut, sejak 2 hingga 4 Oktober 2025, Balai Desa Taba Pasmah menjadi pusat kegiatan Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) yang digagas oleh Universitas Dehasen Bengkulu (Unived).
Program ini mengusung tema “Inovasi Digital Melalui Pemberdayaan Karang Taruna: Dari Ide Kreatif Menuju Produk Bernilai Jual dengan Canva” dan menjadi bagian dari skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat (PBM) yang didukung Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kemendiktisaintek RI.
Ketua pelaksana kegiatan, Yoli Andi Rozzi, S.T., M.T., menjelaskan bahwa program ini merupakan implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pada bidang pengabdian kepada masyarakat.
“Kami melihat Karang Taruna di desa ini punya semangat besar, tapi belum difasilitasi dengan keterampilan digital yang memadai. Lewat pelatihan ini, kami membekali mereka agar bisa memanfaatkan Canva dan CapCut untuk menciptakan produk kreatif serta memasarkan hasilnya secara digital,” ungkap Yoli.
Transformasi digital di desa, lanjutnya, bukan hanya soal teknologi, tetapi juga perubahan pola pikir. “Kami ingin para pemuda memahami bahwa kreativitas mereka punya nilai ekonomi. Dengan inovasi dan kemampuan digital, ide sederhana bisa jadi sumber pendapatan baru,” tambahnya.
Pelatihan yang berlangsung selama tiga hari ini membekali peserta dengan keterampilan praktis: mulai dari manajemen organisasi, literasi digital, desain produk, hingga strategi promosi di media sosial seperti Instagram dan marketplace online.
Salah satu peserta, Violin Junita Putri (20), mengaku baru pertama kali menggunakan Canva. “Ternyata membuat desain kemasan dan logo itu tidak sesulit yang saya bayangkan. Kami bahkan sudah bisa membuat poster, label produk, dan desain kalender serta jam,” ujarnya antusias.
Sementara itu, Clara Caroline (20), bendahara Karang Taruna, merasa bangga bisa ikut dalam proses kreatif. “Sekarang kami bisa mengelola akun media sosial sendiri dan mempromosikan produk lokal kami,” ujarnya sambil menunjukkan hasil desain menggunakan printer Canon MegaTank G3730.

Hasil desain produknya
Beberapa dosen lintas disiplin dari Universitas Dehasen Bengkulu turut menjadi pemateri. Jhoanne Fredricka, S.Kom., M.Kom., menekankan pentingnya branding dan pemasaran digital bagi komunitas muda desa.
“Teknologi seperti Canva dan CapCut hanyalah alat. Kuncinya adalah kreativitas dan konsistensi. Kami ingin Karang Taruna mampu mengelola akun Instagram mereka sebagai etalase digital bagi produk lokal,” ujarnya.
Sementara itu, Evi Lorita, M.Si., selaku pendamping sosial kegiatan, menyebut bahwa pelatihan ini mengubah cara pandang pemuda terhadap potensi desa. “Banyak ide kreatif muncul selama pelatihan. Ini bukti bahwa pemberdayaan digital bisa memantik rasa percaya diri dan semangat wirausaha,” jelasnya.
Selain pelatihan, tim PKM juga membantu membentuk Unit Usaha Karang Taruna Tunas Muda yang fokus pada produksi barang kreatif berbasis lokal dan pengelolaan keuangan sederhana.

Dampak kegiatan ini langsung terasa. Karang Taruna kini memiliki akun Instagram resmi yang aktif membagikan konten promosi produk lokal. Mereka juga telah merancang 10 desain produk kreatif seperti gantungan kunci, celengan, jam, kalender, stiker, notebook, kipas, dan kaos.
Ketua Karang Taruna Tunas Muda, Aditya Triska Putra (24), mengaku bangga. “Dulu kami belum pernah membuat produk D.I.Y. Sekarang kami punya tim digital sendiri dan mampu menghasilkan produk bernilai jual,” ujarnya.
Program ini juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah desa. Kepala Desa Taba Pasmah, Bushari, menegaskan pentingnya literasi digital bagi generasi muda.
“Pemuda sekarang harus melek digital. Ini bukan sekadar pelatihan, tapi investasi masa depan desa,” tegasnya.
Tim PKM tidak berhenti pada pelatihan. Mereka melanjutkan pendampingan selama beberapa bulan agar keterampilan yang diperoleh bisa diimplementasikan secara berkelanjutan. Dibentuk pula Tim Digital Karang Taruna, yang bertanggung jawab mengelola promosi produk, kolaborasi dengan BUMDes dan UMKM lokal.
“Kami ingin membangun sistem yang mandiri dan berkelanjutan. Dengan kemampuan digital dan struktur organisasi yang rapi, pemuda desa bisa menjadi pelaku ekonomi kreatif yang berdaya saing,” jelas Yoli Andi Rozzi.
Program PKM Universitas Dehasen Bengkulu di Desa Taba Pasmah membuktikan bahwa pemberdayaan masyarakat tidak selalu harus bermodal besar. Kunci keberhasilan ada pada kolaborasi dan semangat belajar.
“Desa hari ini adalah wajah masa depan Indonesia. Jika pemudanya kreatif dan melek digital, maka desa akan menjadi pusat inovasi,” tutup Evi Lorita, M.Si. (red).