Internasional | Eranews.id – Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran mengumumkan bahwa rezim Israel menggunakan proyektil jarak pendek dengan hulu ledak untuk membunuh pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh.
Pengumuman ini dibuat pada Sabtu (31/8/2024), tiga hari setelah Haniyeh terbunuh di hotelnya di Teheran utara pada Rabu (31 Juli) dan beberapa jam setelah ia menghadiri upacara pelantikan Presiden baru Iran, Massoud Pezeshkian.
Ismail Haniyeh, pemimpin politik terkemuka Hamas, sedang berada di Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden Massoud Pezeshkian. Namun, kehadirannya di Iran berakhir tragis ketika ia dibunuh di hotel tempat ia menginap.
IRGC menyatakan bahwa serangan tersebut dilakukan menggunakan proyektil jarak pendek dengan hulu ledak, yang diduga kuat dikendalikan oleh Israel.
Pengumuman ini menambah ketegangan di kawasan Timur Tengah. Banyak negara, terutama yang memiliki hubungan erat dengan Hamas, segera mengecam pembunuhan ini.
Negara-negara seperti Indonesia, Turki, Malaysia, Iran, Irak, Suriah, Aljazair, Qatar, Yordania, Oman, Yaman, Kuwait, Pakistan, dan Afghanistan telah menyuarakan kecaman keras terhadap tindakan ini dan menuntut penyelidikan lebih lanjut.
Pembunuhan Ismail Haniyeh memicu ketegangan geopolitik yang lebih besar di kawasan tersebut. Iran, sebagai negara yang sering berada di pihak yang berlawanan dengan Israel, melihat kejadian ini sebagai provokasi langsung.
Hubungan antara Iran dan Israel yang sudah tegang semakin memanas dengan adanya insiden ini.
Pakar internasional menilai bahwa tindakan ini dapat memperburuk situasi di Timur Tengah. Beberapa ahli mengatakan bahwa ini mungkin bagian dari strategi lebih luas yang bertujuan untuk melemahkan Hamas dan sekutunya.
Namun, tindakan ini juga bisa memicu reaksi balik yang keras dari kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan Hamas.
Kesimpulan
Pembunuhan Ismail Haniyeh oleh proyektil yang diduga diluncurkan oleh Israel mengundang kecaman internasional dan meningkatkan ketegangan di Timur Tengah.
Iran secara terbuka menuduh Israel bertanggung jawab atas tindakan ini, yang dianggap sebagai serangan langsung terhadap sekutunya. Situasi ini memerlukan pemantauan lebih lanjut karena dampak geopolitiknya yang signifikan.