Tangerang Selatan | Eranews.id – Lembaga Kajian Keagamaan Universitas Pamulang (LKK-Unpam) menyelenggarakan Seminar Nasional Keagamaan bertajuk “Membangun Peradaban Religius dan Humanis Melalui Pendidikan Akhlak Generasi Muda”, yang berlangsung di Auditorium H. Darsono, Kampus 2 Viktor, pada Kamis (15/5/2025).
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat visi dan misi Universitas Pamulang dalam membentuk insan akademis yang tak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter religius dan humanis.
Seminar menghadirkan dua narasumber utama, yaitu Ustadz M. Nur Maulana, Da’i Nasional sekaligus pengisi program religi di Trans TV, dan Prof. Dr. Suwito, M.Ag, Wakil Rektor I UIN SAIZU Purwokerto. Keduanya menyampaikan perspektif yang mendalam mengenai pentingnya pendidikan akhlak dalam membentuk peradaban.
Dengan gaya khasnya, Ustadz Maulana menyapa para peserta dan mengajak mereka untuk merenungi pentingnya keselarasan antara ilmu pengetahuan dan akhlak. “Ilmu tanpa akhlak tidak akan mengangkat derajat seseorang. Justru, Allah SWT akan meninggikan derajat orang yang memiliki keimanan, ilmu, dan akhlak mulia,” ucapnya.
Ia juga mengingatkan bahwa kecerdasan tanpa rendah hati bisa membawa pada kesombongan, sebagaimana dicontohkan oleh Iblis dalam kisah penciptaan Nabi Adam. “Iblis merasa lebih unggul, dan karena kesombongannya itulah ia tersingkir,” tegas Ustadz Maulana.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki peran sebagai khalifah di bumi. “Kita bukan hanya diciptakan untuk beribadah, tetapi juga memimpin, membina umat, dan menciptakan perubahan positif,” tuturnya di hadapan ratusan mahasiswa Unpam.
Dalam penyampaiannya, Ustadz Maulana menyampaikan bahwa banyak hikmah yang bisa dipelajari dari kisah para Nabi.
“Nabi Adam mengajarkan nilai moral, Nabi Nuh mengajarkan keterampilan, Nabi Yusuf tentang pengelolaan keuangan, Nabi Isa soal kesehatan, Nabi Sulaiman mengenai bahasa dan komunikasi, Nabi Musa soal kepemimpinan, dan Nabi Ibrahim tentang keteguhan iman,” jelasnya.
Sementara itu, Prof. Suwito mengupas tema peradaban dari sudut pandang sosiologis dan keislaman. Ia mengutip pandangan Nobert Elias bahwa peradaban adalah hasil dari proses panjang yang membentuk tata sosial dan pengendalian diri.
Sedangkan menurut Imam al-Ghazali, peradaban lahir dari dalam diri manusia. “Fondasinya adalah ilmu dan akhlak, bukan kekerasan atau ekstremisme. Pemimpin yang amanah dan adil akan menciptakan masyarakat yang sejahtera,” ujarnya.
Prof. Suwito juga menekankan bahwa agama merupakan bagian integral dari peradaban. “Ajaran agama bersumber dari Al-Qur’an, sunnah, dan ijtihad, yang kemudian diinternalisasi menjadi norma dan nilai sosial,” tambahnya.
Ia menyayangkan masih adanya sikap acuh terhadap norma sosial yang seharusnya mencerminkan nilai religius dan humanis. “Misalnya, pengendara motor yang mengambil hak pejalan kaki di trotoar, itu contoh kecil masyarakat yang belum sepenuhnya menginternalisasi peradaban,” tutupnya.
Seminar ini turut dihadiri oleh perwakilan Yayasan Sasmita Jaya, jajaran rektorat, para dosen, serta mahasiswa dari berbagai program studi di kampus Pusat, Viktor, dan Witana Harja.